Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Honda GL 100 ‘79, ‘Kanvas Berjalan’ Yang Seksi

gembul dalam Honda GL 100 79, Kanvas Berjalan Yang Seksi
dok Bias
1x1 Honda GL 100 79, Kanvas Berjalan Yang Seksi
b4491705564909da7f9eaf749dbbfbb1 Honda GL 100 79, Kanvas Berjalan Yang Seksi

Yogyakarta – Tidak hanya perempuan barangkali yang bisa mengeluarkan aura seksi. Kuda besi pun, meski lawas, kalau ditata dengan apik bisa mengeluarkan aura keseksiannya. Seperti Honda GL 100 keluaran tahun 1979 ini.

Meski lawas, coba tengok tampilannya saat ini. Rumah modifikasi Luckylook Custom asal kota Yogyakarta tahu benar cara mendandani motor klasik ini agar kembali bugar dan enak untuk dilihat dan digunakan lagi.

Rumah modifikasi yang baru berdiri sekitar setahun ini pun menghabiskan waktu sampai 5 bulan untuk mewujudkan Honda GL 100 agar bisa tampil sebagai motor beraliran Low-rider.

“Kebanyakan Honda GL dijadikan Jap-Style atau drag, kita ingin yang berbeda, ini pun sebagai proyek contoh buat bengkel kita agar orang bisa melirik,” ujar sang pemilik bengkel, Bias Remadyo, ketika berbincang dengan detikOto, Rabu (17/3/2010).

Pertama tentunya yang paling mencolok adalah pengaplikasian ban belakang gambot berukuran 195/65-15, dengan pelk buatan luckylook custom sendiri berukuran 15 inci, yang dipadukan dengan spakbor galvanis plat yang juga buatan sendiri.

Agar ban gambot tersebut bisa terpasang, Bias pun harus membuat swing-arm terlebih dahulu yang disesuaikan dengan dimensi ban. Tidak ada pergeseran mesin, hanya gear depan saja yang harus digeser lebih maju.

Selanjutnya, harmonisasi agar motor terlihat porposional, meskipun sudah tampil rebah dengan ground clearance 135 mm. Sehingga si Gembul ini bisa tetap nyaman untuk dipakai harian, baik handling maupun tampilannya.

“Kita memang merancang agar bisa nyaman dan aman dipakai harian, jadi semua aspek yang dibutuhkan di jalan raya tetap kita aplikasikan,” ujarnya.

Karena tujuannya memang sebagai model contoh atau ‘kanvas berjalan’, maka Bias membiarkan mesinnya tetap standar, karena dirinya merasa tidak perlu motor yang kencang.

“Namanya ‘Kanvas Berjalan’ ya buat apa kencang, nanti malah tidak bisa dilihat orang, kan percuma,” belanya, yang juga mengatakan, meski mesin standar, motor ini masih sanggup berlari hingga 100 km per jam.

Sehingga, GL 100 1979 ini menjadi sebuah motor yang berhasil memadukan dua nuansa sekaligus, yakni klasik dan modern, dengan percampuran garis dan sudut yang menyiratkan keselarasan bentuk.